Kamis, 06 Desember 2007

Kerendahan Hati

Suatu hari seorang profesor ingin melakukan penyegaran fikiran (refreshing), dan ia pun pergi ke pantai untuk menikmati indahnya laut biru. Tak berapa lama, ia berjumpa dengan seorang nelayan yang hendak ke tengah laut dengan perahu kecilnya untuk menangkap ikan. Tergeraklah hati sang professor untuk ikut dengansang nelayan ke tengah laut. Dalam perjalanan dengan perahu kecilnya ke tengah laut, sang professor pun mulai melihat kiri-kanan-atas-bawah-depan-belakang.

Mulailah Sang professor bertanya kepada sang nelayan, “hai nelayan, menurutmu seberapa besar computer yang mengendalikan kapal besar itu?” sang professor bertanya sambil menunjuk sebuah kapal besar yang sedang mengarungi samudra luas.

“Mmmm..mmm…saya nggak tahu, Pak, apa itu computer,” jawab nelayan.

“Hah… di zaman seperti ini kamu nggak mengerti apa itu computer? Wah… kasihan sekali kamu, berarti 25% hidupmu sudah sia-sia.”

Sang nelayan pun menerima komentar profesor dengan lapang hati, karena memang begitu adanya.

Tak berapa lama, sang profesor melihat ke air laut yang berwarna biru kehijauan dan memperhatikan ada sejenis binatang kecil yang terapung di sana. Dan sang profesor pun bertanya kepada nelayan, “hai nelayan, menurutmu binatang ini termasuk dalam spesies apa, ya?” Sang nelayan kebingungan dan sambil garuk-haruk kepala ia menjawab. “Apa itu spesies, Pak, saya enggak ngerti….”

“Wah, kalau spesies saja kamu nggak ngerti, berarti 50% hidupmu sudah sia-sia.”

Sang nelayan semakin sedih, dan ia berpikir alangkah bodohnya dirinya.

Hari semakin sore dan langit pun semakin mendung. Tampaknya akan Turín hujan, karena angin mulai kencang berhembus dengan kencang. Melihat cuaca mulai berubah, sang profesor bertanya lagi, “Hai nelayan, menurut Badan Meteorologi dan Geofísica, apakah hari ini akan turun hujan?” Kembali sang nelayan stres dan bingung. Ia pun menjawab, “Saya sungguh tidak tahu, Pak, apa itu Badan Meteorologi dan Geofisika.”

Sang profesor pun segera menimpali, dan berkata, “Wah…wah…wah… kau ini sungguh-sungguh terbelakang; komputer tidak tahu….spesies tidak tahu…Badan Meteorologi dan Geofísica juga tidak tahu…. Ini berarti 75% hidupmu sudah sia-sia.”

Maka sang nelayan semakin sedih, dan ia berfikir sisa hidupnya tingla 25% lagi.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras, disertai angin yangbegitu kencang.Tampaknya hujan badai segera datang. Perú kecil yang mereka tumpangi akhirnya terbalik terkena hempasan ombak dan angin kencang. Sang nelayan segera berenang dengan cepat menuju ke pantai. Namur tidak demikian halnya dengan profesor. Ia berjuang untuk tidak tenggelam ke dasar lautan, karena ia ternyatatidak bisa berenang. Sang profesor pun berteriak, katanya, “To…to…tolooooong, aku tidak bisa berenang, hup …. Ooob …tooolooong.” Dan sang nelayan pun dengan santai menjawab, “Hah … professor tidak bisa berenang, berarti 100% hidup professor sudah sia-sia.” Dan professor pun mati tenggelam.

MORAL MOTIVASI

Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak peduli dari mana ia berasal, seberapa tinggi pendidikannya atau seberapa kayanya dia, tetap saja tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, dalam menjalani proses kehidupan ini, terlebih jika kita ingin hidup lebih maju dan lebih bahagia, kita selalu membutuhkan orang lain. Keberadaan orang lain sangatlah mutlak untuk mengisi kekurangan kita; untuk saling menguatkan, bukan untuk saling menghancurkan. Beberapa kunci ataupun prinsip kesuksesan yang sering dibicarakan tampaknya akan jauh lebih lengkap jika ditambah satu unsur lagi, yaitu kerendahan hati.

Kepandaian, kekayaan, kekuasaan, dan keyakinan hanya akan menjadi keangkuhan yang membahayakan diri, jika tanpa disertai kerendahan hati. Kerendahan hati adalah landasan dari kebijaksanaan. Kerendahan hati dan kesederhanaan adalah dua pilar dari sebuah keesaran jiwa. Kerendahan hati yang tulus akan sangat dihormati, Namun kerendahan hati yang palsu dan pura-pura justru akan menjadi bumerang.

Kesuksesan tidak hanya diukur dengan seberapa baiknya kita mampu memenuhi harapan-harapan orang lain, tetapi dengan seberapa jujur kita hidup selaras dengan harapan-harapan kita sendiri. Jika kita jujur kepada diri sendiri dalam pengejaran mimpi-mimpi kita, menerima kebenaran dan mengucap kebenaran, menghargai semua yang kita miliki, menjalani hidup semaksimal mungkin, maka kita berhak Bangla akan apa yang ada pada diri kita.

Beberapa tip untuk relajar rendah hati:

  • Bersikaplah murah hati dalam bergaul;berikanlah desempatan kepada orang lain untuk berbicara mengenai pendapatnya, pandangannya, atau prestasi-prestasinya, bukan berbicara tentang diri sendiri
  • Bersikaplah sopan, tetapi tidak dibuat-buat. Ini akan membuat orang merasa senang dan aman.
  • Janganlah mudah menyalahkan orang lain. Beranilah minta maaf, apabila melakukan suatu kesalahan.

“The greatest lesson in life is to know that even fools are right sometimes”

=> Winston Churchill <=

1 komentar:

auriz mengatakan...

ass
bagus amat tuh artikel
sambung terus jangan sampai lam vakumnya..

wss.